Welcome to my Blog... :) Cupapacupa...!
With me,, irza :) :)

Jumat, 21 Januari 2011

Bubble Gummy....!!! :)

About You
in My Bubble Gummy... :D


Di sini aku pengen cerita sedikit tentang dia yang sudah menjadi bagian hidupku... Dan,, aku nulis tentang dia melalui permen karet ku...!!! :D Hello my BUBBLEGUMMY...!!! :) :)

Tau kenapa aku suka memanggilnya "Bubble Gummy" ???? Dan terkadang aku tambahi lagi dengan "Bubble Gummy pirip pirip pom pom"... terkadang juga "Bubble Gummy Kukuruyuk Petok-Petok nyami-nyami oke..."
Itu juga bukan asal nama lo.. aku ngasih itu juga melalui filsafah rumusan kata per kata yang penuh makna. Jiaahhh :)

Oke, pelajaran dimulai dari,,,
dari "Bubble Gummy" ....!!!       

Bubble Gummy berarti permen karet. (Semua juga udah pada tau kalo itu)
Jadi gini, sewaktu saya masih suka ngompol, saya suka sekali makan permen karet yang lengket-lengket itu. TApi ibu selalu bilang,"Awas ketelen, loh, Nak...". Wejangan ibuk tak pernah saya hiraukan. Malah seperti sebuah tantangan buatku untuk terus mengulum permen karet ini... dan akhirnya, saya jadi suka makan permen karet. Habis asik siih... Kayak preman. (Nah, apa hubungannya sama preman?)

Dia, kenapa saya suka memanggilnya permen karet???
itu karena dia adalah tantangan....!!!! :D This is it...

Permen karet itu Bubble Gummy... :) :) **iya iya, tau. sebentar napa. Cuma pengen tulisan ku jadi agak panjang dengan bualan-bualan kosong ini.
 
Permen karet itu lengkeet..., kayak dia noh.. yang suka lengket2... (^o^)

itu manis, tapi lama-lama juga pahit... Kayak dia juga toh, yang manisnya gag bisa tahan lama. Kalo udah durasi max 2 jam dari Waktu dia berwudu, maka manisnya sedikit demi sedikit memudar. Tapi akan manis lagi jika dia WUDHU lagii.... (Ganti hobby donk yank,, "HOBBY:BERWUDHU" )

Permen karet itu bisa jadi penghilang rasa bosan. Seperti dia yang.... Heeemmmbbb.... begitulah. suka membuatku tertawa ketika penat melanda...hahaha :D

Permen karet itu menyenangkan...!! seperti dia yang..., 'nyumi nyumii...' senang sekali kan kalo pas dibuatnya tersanjung sama rayuan-rayuannya yang semoga saja tidak menggombal.

Permen karet itu lucu.... LIKE HiM, daahh... :) Lucuuu... cupa-cupa laah... :P cowok lucu, yang bisa melakukan hal-hal bodoh yang diluar dugaanku... penuh sensasi...!! ^v^ dan cowok aneh yang pernah saya kenal, adalah DIA, my Bubble Gummy!! :D

Permen karet itu.... bisa balikin mood. Seperti dia juga. Yang awalnya mood ini sedang jelek, dengan mengunyah permen karet, aku bisa balikin mood ku. Yaah , paling tidak menjadi lebih enakan lahh... Gak kalah sama kayak makan cokelat laah... (Ya tau, tetap cokelat itu nyumi nyumi buangeett....!)

Tapi jangan salaah, permen karet juga gak kalah nyebelin. kalo pas lengket di celana, baju, atau di sepatu dan sandal. Sebel banget ituu... iiihhhh.... jijik. Yeekkkzz.... seperti itu juga dia, yang kadang-kadang nyebelin buanggeeeettttt....... GUEMESSH aku jadinya...


Permen karet itu... Bisa melembuuunnggg...!!!!! Jadiii guedheee,, daaannn DHUOORR....!!!! bisa meletus... oopss ^,^ Ngagetin... J seperti dia yang konyol. Suka tiba-tiba aku dibikin surprise dengan kejutan-kejutan kecilnya. I like it...!!

eh, eh... tambahan lagi.. :) tau tidak, permen karet juga memiliki berbagai manfaat lhoo.... cekidot aja di link ini... http://ipa2smansadom.wordpress.com/2010/02/15/mengunyah-permen-karet-bermanfaat-loh/  
 
Permen karet itu dikunyah, diulum, di..... nyummi nyummi.... :D :D sampai lelah, dan hilang rasa manisnya. Lalu mengambil permen karet lagi. Tapi namanya ya tetap PERMEN KARET (Bubble Gummy). Dan permen karetku selalu kamuuu.... :D :D

bubblegummy :) 

Kamis, 20 Januari 2011

Firasat Itu...

Malam sudah larut ketika aku tertidur pulas. Namun, tidak lebih dari 3 jam setelah aku mulai memejamkan mata, aku terbangun. Aku tengok jam weker ku masih menunjukkan pukul 1 dini hari. Aku pergi ke kamar mandi untuk sekedar melepas hajat di malam hari. Setelah pipis, aku balik ke kamar. Aku coba untuk memejamkan mata lagi. Namun, tak jua aku bisa tertidur. Aku pilih untuk menyalakan laptopku, dan memulai untuk merangkai undangan acara buka bersama alumni SMANEKA angkatan tahun 2006.

Aku buka potoshop. Dengan lincah tanganku mulai merangkai kata demi kata, gambar dami gambar, hiasan, demi hiasan. Namun, tiba-tiba aku mulai pusing, semua tiba-tiba membesar, mengecil lagi, membesar lagi. Tiba-tiba muncul rasa takut yang aku sendiri gak tau darimana itu datangnya. Jantungku berdegup cepat sekali. Aku bingung. Aku takut. Tak berani beranjak dari tempatku duduk di atas kasur ini. Aku cari-cari ponsel CDMA ku. Aku ingat, ponsel CDMA ku di meja depat TV. Aku ambil ponsel GSM ku. Aku ketik sms. Namun, aku lupa untuk mengirimnya. Aku beranikan untuk beranjak dari dudukku. Aku pergi ke ruang tengah yang gelap, aku ambil ponselku. Segera lagi aku kembali ke kamar. Aku telpon ibukku. Sambil mengecek apakah ada sms masuk. Ternyata, sms yang aku ketik tadi belum aku kirim.

“Hhuuhh, “ aku lupa belum klik kirim. Lalu aku kirim ke nama “Ndos'” yang ada di ponselku. Tidak lama kemudian di bales.
“Habis ini aku telpon, sayang.” Balesnya.

Sambil menunggu telpon dari "Ndos", aku telpon ibukku. Akhirnya di angkat juga telponku sama ibuk.
“Buk, aku terbangun dari tidur. Gak bisa tidur lagi. Rasanya takut, bingung, jantungku berdegup lebih kencang….” Kataku sambil memelas.
“Kenapa nak??” Tanya ibukku. Suara ibukku sedikit mendamaikan hatiku.
“Udah, mungkin masuk angin. Dikasih minyak kayu putih aja, Kak” lanjut ibukku.
“Iya, Buk. Ya sudah, aku tutp telponnya ya buk” kataku
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Klik. Aku tutup telponku. Dan aku liat hp GSM ku bergetar.
“Ndos' memanggil…”
“Iya, hallo…” kataku sedikit lemes.
”kenapa yank?” jawab suara dari ujung'
”Gak tau ini. Tiba-tiba aja.......” aku ceritakan semua yang aku rasain.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 2.30 dini hari. Telpon aku sudahi. Dia harus siap-siap untuk sahur. Hatiku sudah agak tenang. Aku nonton tv, nonton sepak bola yang waktu itu ada pertandingan inter vs atletico madrid yang akhirnya dimenangkan oleh inter dengan skor 2-0.
Aku tidur lagi pukul 05.30.

”Krriiiiinggg................” posnel ku berbunyi. Aku liat. Ayahku yang telepon. Dengan mata riyip-riyp aku angkat telepon dari ayahku.
”Assalamualaikum, Yah.”
”Waalaiakumsalam. Udah bangun Za???”
”Sampun. Ada apa Yah?”
”Langsung ke rumah Mbak Nining ya...”
”Ooo, iya-iya. Tapi ngapain Yah?”, tanyaku yang masih kaget kok pagi-pagi gini udah disuruh ke rumah Mbak Nining.
”Ambahnya meninggal”, kata ayahku yang langsung membuat mataku terbelalak.

Sejenak aku berpikir, barusan yang dikatakan ayahku 'Abahnya Mbak Nining' atau 'Mbahnya Mbak Nining' ya?
”Innalillahi wainnailaihi roji'un. Iya Yah. Langsung meluncur kesana.”

Setelah mandi, siap2 pake baju hitam-hitam ku sebagai bela sungkawa yang amat sangat mendalam aku berangkat menuju rumah Mbak Nining. Dalam hati aku bertanya-tanya. Yang meninggal Mbahnya Mbak Nining atau Abahnya. Tapi aku langsung berpikir bahwa yang meninggal dunia adalah Mbahnya Mmbak Nining bukan Abahnya Mbak Nining. Karena setau saya, yang sakit-sakitan akhir-akhir ini adalah Mbahnya Mbak Nining.

Sesampai di rumahnya Mbak Nining. Aku langsung nyelonong masuk. Namun, kudapati Mabh uti masih sehat-sehat saja, duduk di kursi di depan tivi dengan raut muka yang menyiratkan kesedihan yang amat dalam. Aku tengok kanan kiri, ada Bu in yang sedang menangis sejadi-jadinya, Bu Puh Endang yang tersedu-sedu. Semua yang ada di ruangan itu sedang menangis, meneteskan air mata.

”deg...!!!” dalam hatiku langsung menjawab sendiri pertanyaan yang dari tadi bergelayut di pikiranku. Berarti benar, yang meninggal adalah Abahnya Mbak nining, Pak Puh, Pak Dwi Waloyo.

”Astaghfirulloh hal a dzim”, orang yang memberikan andil terbesar dalam perubahan yang ada pada ayahku , juga pada keluarga besarku. Orang yang sudah seperti Bapak bagi Ayahku. Orang yang sudah menjadi guru, juga panutan bagi Ayahku setelah panutan yang Utama adalah Kanjeng Nabi Muhammad SAW, meninggal dunia, kembali pada pangkuannya. Semoga segala amal ibadahnya diteima oleh Allah swt dan segala dosanya di ampuni oleh Allah. Dan arwahnya ditempatkan di tempat terindah. Amiiiinn....

Air mata langusng menetes bercucuran, apalagi setelah melihat Mbak Nining yang menangis tersedu-sedu, ada kehilangan yang dalam tersirat dari mukanya. Semakin menusuk hatiku. Semakin membuatku menangis.

Selang beberapa jam, jenazahnya datang dari Ngawi. Bu In (Adik kandung Pak Puh Dwi) pingsan. Bu puh Ju (istri Pak Puh Dwi) keluar dari mobil sambil menangis, Bu Puh Endang (kakak kandung Pak Puh Dwi) menguatkan diri berusaha tabah, mas ganang (anaknya Bu Puh Endang) mengucurkan air mata, mas sigit (Adiknya Mas Ganang) juga turut mengis, Mbah uti yang sedari tadi menahan supaya air mata tidak jatuh akhirnya air matanya jatuh juga. Semuanya yang ada di sana bersedih, hampir semuanya menetekan air mata.

Ada yang lahir, ada yang mati. Begitulah seterusnya siklus alam.
Langsung aku teringat akan tadi pagi dini hari yang tiba-tiba kau terbangun dan merasa takut, bingung, jantung berdegup semakin cepat. Apa itu pertanda Ya Allah...?? Hanya Allah yang Maha Tahu..

Semua Indah Pada Waktunya


Di akhir bulan Juli 2010, ketika aku yakin there’s something wrong with his feel to me, tapi aku menepisnya mentah-mentah. Aku berusaha untuk tidak hanyut terbawa arusnya. Aku berusaha menjaga hatiku untuk tidak memiliki rasa lebih untuknya. Tapi memang benar, love comes without permit, gak mau tau kapan, dimana, dan siapa yang jadi sasarannya. Love is blind, right??
Dan sekarang, aku hilangkan rasa muna’ yang selalu aku simpan. Aku memang merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan. Aku merasakannya! Aku merasakan sensasi yang dia bawa untukku. Meski dengan sedikit rasa takut untuk jatuh cinta lagi, tapi sepertinya kali ini aku merasakan itu.

::Tiba-tiba di jalan hujan turun lebat sekali, aku merasakan ada yang beda di hujan kali itu...
Dan aku merasakannya lagi, ini yang ketiga kalinya. Aku berharap ini yang terakhir. Semoga dia memang benar-benar bisa mengerti aku. Aku yakin, dia tetap disini. Dia juga sering bilang, ”Aku ndek kene kok, Ndos...” Dan kemudian air mata ini benar-benar jatuh. This is,,, I’m so speechless.
Aku senang ada sesuatu hal yang tiba-tiba datang, memberikan warna keindahan. Namun, sesuatu itu pergi lagi dengan perlahan, sambil mengatakan, “Ini belum waktunya, sayaaang...”
Aku terbangun dari lamunanku. Dia benar. Ini belum waktunya. I believe that “Semua akan indah pada waktunya”...
Dengan di temani instrument dari lagu-lagu favoritnya, aku menangis lagi. Karena aku baru saja menyadari bahwa akumemiliki sesuatu hal yang sangat berharga, sesuatu yang telah lama aku miliki, namun aku baru tau sekarang kalo itu berharga. ^^

*saya tulis pada bulan September 2010.

Diam Dalam Hujan

Sore itu, hujan turun. Nggak deras sih.. Tapi cukup berarti untuk membasahi bajuku. Aku sedang pulang dari ujianku hari pertama. Memang pada hari itu, aku dianter plus ditunggu sampe selese ujian sama si doi. Setelah itu kami langsung pulang, dan aku dibonceng dengan kuda besi warna silver miliknya. Entah apa yang salah pada diriku saat itu. Sepanjang perjalanan yang biasanya dia selalu rame dengan celoteh ria nya, saat itu tiba-tiba dia larut dalam kebisuannya. Aku yang duduk di belakang punggungnya, dengan sesekali ngintip wajahnya lewat kaca spion sebelah kiri. Tapi tetap saja, diam. Dan aku, dengan lelahku karena pikiran habis terkuras mengerjakan soal-soal yang kuanggap sulit, tapi bisa terselesaikan dengan tanpa meninggalkan satu soalpun untuk tidak ku kerjakan, aku hanya diam melihat rintikan hujan yang kian deras.

Tiba-tiba dia menepi menuju ke sebuah toko pinggir jalan yang sedang tutup. Diparkir begitu saja kuda besinya di depan toko yang tutup, dan dia sesegera berteduh dibawah teras toko yang tutup. Masih dalam diam. 1 menit, 5 menit. Aku menoleh ke wajahnya. Kulihat dia sedang menahan dingin karena bajunya yang basah kuyup diguyur hujan. Tetap tanpa bicara. Aku berniat untuk merayunya kali itu. Tapi, entah kenapa niatku ku urungkan. 10 menit, dia masih belum mengangkat bicara. Aku tundukkan kepalaku, sedikit merasa bersalah.

"Ayo pulang saja, hujannya sudah agak reda." katanya. Tepat di menit ke-12. Aku tersentak, aku dongakkan kepalaku menatap wajahnya. Sedikit ku sunggingkan senyum, tanpa balasan. Sambil menunggunya memutar kuda besinya, aku sedikit memainkan rintikan gerimis itu. Saat itu, aku merindukan gerimis pertamaku dengannya. Bukan diam dalam hujan seperti itu.Dan tanpa kusadari,,,hujanpun menyamarkan titik2 air yang keluar secara alami dari dalam kelopak mataku karena rasa bersalah yang datang menggangguku lagi..

Kamis, 13 Januari 2011

Ruang Kecilku...



Hari ini, sabtu sore, di dalam kediamanku, ruang kecil ukuran 3x3, di depan layar barang elektronik punyaku, jari jemariku mulai mencoba merangkai kata-kata rinduku untukmu... Merangkai lagi momen demi momen yang kita buat berdua. Aku sembunyikan wajahku di balik telapak tanganku. Aku tak mampu melihatmu terlalu dalam, tak pernah sebelumnya aku merasakan seperti ini.
Ketika angin sore sayup-sayup berhembus, saat itulah seakan air mata ini mengkristal, dan ada seperti banyak semut yang merayapi dinding hatiku, terasa sesak, aku merasakan hadirmu lewat hembusan angin sore..
sungguh aku menyayangi sosok itu,, menyukai suasana itu,,

Instrumen klasik, yang pernah kau kenalkan padaku, mengalun keras dan nyata, suaranya memenuhi ruangan kecilku, dan semakin membuat hati ini merindukanmu.. menemaniku menguraikan satu persatu momen kita... Hangatnya mentari pagi, sehangat senyumanmu yang tak pernah lupa kau berikan, sekedar memberi semangat untukku di pagi hari.. Terik panas sang surya yang memberikan aroma khas bau tubuhmu.. Gerimis di waktu-waktu itu, yang membawa kita ke dalam dunia kita sendiri, membuatku menyukai rintikan gerimis- yang sebelumnya aku tidak menyukainya,
keramahan sore milik kita, yang kita buat untuk mengenang momen ketika berdua dalam menghabiskan waktu bersama.Kkala hujan sore itu, pertama kalinya kau melepas jaketmu dan kau kenakan untukku.. Kemudian ada lagi, ketika "Diam Dalam Hujan", entah apa yang ada di pikarnmu saat itu.

Keindahan kota Malang di waktu senja dengan lampu-lampunya yang temaram, syahdunya malam hari dengan hamparan bintang, layaknya lampu-lampu kecil luar angkasa milik ALLAH menemani rinduku.. Bulan separoh yang menemani penantianku, bulan purnama yang mengintip perlahan, ketika aku memikirkanmu, langit hitam yang jadi saksi bahwa aku selalu merindukanmu di setiap malamku, selalu saja, dan selalu... tak pernah lupa kau ucapkan "I Love You". Di penghujung malam, tak pernah lupa kau kirimkan pesan singkatmu yang membawaku nyenyak dalam tidurku..

Aku suka hal-hal kecil yang sering tiba-tiba kau lakukan kepadaku,,
Aku suka caramu memandangku, meski aku tak pernah mampu melakukan itu..
Aku suka caramu menggenggam tanganku..
Aku suka caramu membelai lembut kepalaku..
Aku suka caramu tersenyum kepadaku..
Aku suka caramu marah kepadaku..
Aku suka caramu cemburu kepadaku..
Aku suka caramu perhatian kepadaku..
Aku suka caramu bercanda dan menggodaku..
Aku suka ketika melihatmu berdiri menungguku di ambang pintu..
Aku suka ketika kamu jengkel dengan ulahku..
Aku suka gayamu yang sok-ROCKER.. sok gag mau bersih, sok gag mau mandi, sok gag mau sisiran, sok jagoan, sok jantan, sok-sok an... hahahaha :D :D

Kau yang pernah tiba-tiba datang dengan jus jeruk, kau yang berani menggenggam erat tanganku, kau yang nyatakan cinta untukku, kau yang menangis melihatku menangis, kau yang selalu berusaha mewujudkan inginku, Kau yang tak pernah lelah berjuang untuk menggapai cita2 kita, kau yang senantiasa memberiku semangat, membangunkanku ketika kuterjatuh, dan kemudian mengangkatku lebih tinggi , kau yang aneh, kau yang manja, kau yang bodoh, kau yang tolol, dam kau yang menyayangiku..
kau yang selalu bilang "kau mencintaiku LEBIH."
Dua Hati Satu Cinta :) , Kita sangat berbeda, tapi bukan karena perbedaan kita tak dapat menjadi satu, itulah yang membuat kita bertahan sampai saat ini, besok, dan selamanya..

Minggu, 02 Januari 2011

Millenium Development Goals dan Kapitalisme, analisis dengan Critical Theory


MDGs dan Kapitalisme
"Perang Retorika" Pemimpin Iran dan Jerman
 
Oleh: Irza Khurun'in

1.       Latar Belakang
            Dalam artikel yang dimuat pada hari Rabu, tanggal 22 September 2010, 08:39 WIB oleh vivanews.com dengan judul ”Ahmadinejad: Kapitalisme di Ambang Kekalahan, Perang retorika: Pemimpin Iran dan Jerman terjadi saat mereka mendapat giliran berpidato” berisi tentang 2 pidato pemimpin negara yang saling menimpali mengenai kapitalisme, hal itu terjadi pada forum PBB di New York yang membicarakan tentang Millenium Development Goals (MDGs).
          Pada saat sidang tahunan PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa 21 September 2010 waktu setempat, yang membahas tentang Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) dan bagaimana program itu mengangkat banyak negara dari kemiskinan, wabah penyakit, dan kesenjangan sosial, tiap-tiap pemimpin negara diberi kesempatan berpidato mengenai perkembangan MDGs di negaranya masing-masing.[1] Ketika Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran, berpidato, dia tidak menyebutkan bagaimana perkembangan MDGs di negaranya, melainkan Presiden Ahmadinejad justru memanfaatkan forum tersebut untuk mengkritik kapitalime dan tata pemerintahan global yang selama ini tidak demokratis dan tidak adil.
            Kemudian Merkel, Perdana Menteri Jerman, menimpali pidato Ahmadinejad. Merkel cenderung berbicara dengan mewakili dunia kapitalis yang menekankan bahwa tangggung jawab utama bagi pembangunan berada di pundak pemerintah negara-negara berkembang. Menurutnya, pemerintahan yang baik dan ekonomi kapitalis yang tumbuh subur merupakan kunci bagi kemakmuran ekonomi.
            Dapat disimpulkan, berita ini mengingkat isu tentang dominasinya sistem kapitalisme, yang mana terjadi pidato yang saling menimpali antara dua pidato dari  pemimpin negara pada forum PBB, yaitu presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang memperdebatkan tentang kapitalisme di era sekarang ini. Menunjukkan bahwa adanya pro-kontra terhadap sitem ekonomi kapitalis. Pada implementasinya secara nyata, sistem ekonomi kapitalis tidak mengurangi kemiskinan di dunia. Bahkan, dengan adanya program MDGs, yang sudah diadopsi oleh 189 negara dengan ditandatangani oleh 147 pemimpin negara, menurut penulis adalah hasil dominasinya sistem ekonomi kapitalis yang juga akan semakin menambah ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju.

2.      Rumusan Masalah
  1. Bagaimana tatanan dunia saat ini dengan dominasi sistem ekonomi kapitalis?
  2. Apa dampak dominasinya sistem ekonomi kapitalis?
  3. Apa hubungan ekonomi kapitalis dengan diberlakukannya program MDGs?
  4. Bagaimana pengaruh ucapan Ahmadinejad terkait dengan kapitalisme terhadap masyarakat dunia saat ini?
  5. Bagaimana critical theory dalam menjelaskan isu tersebut?

3.      Argumen Sementara
a.       Saat ini kelompok negara-negara di dunia terbagi menjadi dua, yaitu negara maju dan negara berkembang. Tatanan dunia saat ini yang didominasi oleh sistem ekonomi kapitalis, menyebabkan kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin. Negara kaya akan semakin kaya karena dengan kemapanan ekonominya dalam menjalankan ekonomi kapitalis sehingga sangat mendatangkan keuntungan. Sedangkan pada negara berkembang dan negara miskin, sistem ekonomi kapitalis yang memaksa pula liberalisasi ekonomi menyebabkan keterpurukan. Industrialisasi yang diterapkan tidak bisa menopang perekonomian negara berkembang. Pada kenyataanya negara berkembang tidak juga bisa menyamai kemajuan negara maju. Kapitalisme justru sebagai imperialisasi negara-negara maju terhadap negara berkembang. Negara berkembang umumnya dijadikan sasaran pasar dan penghasil sumber daya alam untuk bahan mentah industri.
b.      Prekonomian dunia saat ini didominasi oleh kapitalisme mengakibatkan ketimpangan ekonomi. Masyarakat di negara-negara maju sudah menikmati perkembangan ekonominya, namun lima negara termiskin di dunia dari benua Afrika, yaitu Kongo, Zimbabwe, Burundi, Liberia, dan Eritria, masih dalam kemiskinan dan kelaparan[2], dan masih banyak lagi negara berkembang lainnya yang masih jauh dari tahap kemajuan. Dalam sistem kapitalis global, saat ini menerapkan liberalisasi ekonomi. Teori pembangunan kapitalis justru semakin memperburuk keadaan negara berkembang. Industrialisasi yang sudah digalakkan juga masih saja belum dapat mengentaskan kemiskinan.
c.       Program MDGs (Millenium Development Goals) akibat adanya kemiskinan dan kelaparan yang juga akibat dari dominasi sistem kapitalis terhadap sisitem ekonomi dunia. Adanya kemiskinan dan kelaparan yang masih terus melanda di negara-negara miskin di dunia menyebabkan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) prihatin dan kemudian menggagas program MDGs yang harus mencapai tujuannya pada tahun 2015. Namun, program MDGs hanya menyebabkan semakin ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju.
d.      Ucapan Ahmadinejad mengenai kapitalisme yang tidak juga dapat mengurangi jumlah orang masyarakat miskin dan kelaparan, berdampak terhadap pola pikir sebagian masyarakat internasional. Beberapa masyarakat yang tidak yakin dengan sistem ekonomi kapitalis, menjadi berpikiran negatif pula terhadap program  MDGs. Bahkan beberapa pemimpin negara lain dalam forum tersebut juga mengungkapkan bahwa tujuan program MDGs masih jauh dari dari harapan.
e.       Tindakan rasionalitas komunikatif atau moral praktis seperti yang dijelaskan Habermas dalam Critical Theory dapat menarik bentuk-bentuk pemikiran moral-praktis dalam kehidupan sosial. Seperti yang dialakukan oleh dua pemimpin negara, yaitu Presiden Iran dengan Konselir Jerman mengenai pro kontra kapitalisme, melalui pidato mereka yang saling menimpali, memberikan sebuah pandangan baru kepada masyarakat internasional.

4.            Penjelasan Teoritik
      Dalam melihat perpolitikan dunia, para penganut Marxism mengembangkan penafsiran mereka sesuai dengan perkembangan zaman . Diantara berbagai teori yang dikembangkan tersebut salah satunya adalah Critical Theory. Critical Theory sendiri muncul sekitar tahun 1973 yang dikembangkan oleh Frankfrut School, merupakan institusi yang didirikan oleh sekelompok intelektual Marxism di Jerman tahun 1923. Jadi Critical Theory merupakan teori yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran kaum Marxism secara langsung maupun tidak langsung atau cabang dari Marxism. Teori kritis ini memiliki keterkaitan yang erat dengan Ekonomi Politik Internsaional Marxis.[3]
            Terdapat beberapa tokoh yang dalam Critical Theory, seperti Andrew Linklater, Robert Cox, Ashley, dan juga Habermas. Dalam paper ini menggunakan cara pikir yang digunakan oleh Habermas dalam Critical Theory. Kunci dari rekonstruksi materialisme historis Habermas adalah perubahan dari paradigma produksi dan kesadaran ke paradigma bahasa atau, sebagaimana disebut oleh Habermas kemudian, sebuah teori tindakan komunikatif (a theory of communicative action). Yang mendasari perubahan perubahan ini, diantara hal lain, adalah sebuah usaha umum untuk menarik perkembangan rasionalitas komunikatif atau bentuk-bentuk  pemikiran moral-praktis dalam kehidupan sosial.[4]
            Habermas tidak memerlukan pembedaan ciptaan Marx antara kekuatan dan hubungan produksi dan beralih ke pembedaan antara rasionalitas instrumental-kognitif dan rasionalitas komunikatif. Dasar pembedaan yang dilakukan oleh habermas terletak pada bagaimana ilmu pengetahuan diartikan sebagai tindakan, yang mengarah kembali, dalam banyak hal, ke pembedaan awal Habermas antara kepentingan teknis dan praktis.[5]
            Habermas membedakan tiga jenis tindakan dan rasionalitas yang sesuai, yaitu yang pertam adalah instrumental yang beraati apakah partisipasinya berupa sikap instrumental kognitif. Yang kedua adalah strategis, yaitu apakah partisipasinya berorientasi-keberhasilan. Yang ketiga adalah komunikatif atau moral-praktis yaitu adalah sikap komunikatif yang berkaitan dengan pemahaman bersama.

5.            Analisis
            Buruh dan kapitalis adalah dua bersaudara yang tidak pernah akur. Setelah ribuan tahun perjalan sejarah manusia, relasi keduanya antara buruh dan pemilik modal (kaum kapitalis) selalu ditandai dengan pergumulan keduanya yang tidak juga berkesudahan.[6]
            Era globalisasi adalah era hyper competitive economic. Modal dapat keluar-masuk lintas negara tanpa ada yang mencegahnya. Aktor-aktor dapat dengan mudah melakukan kegiatan lintas negara. Tidak hanya aktor negara, tapi juga aktor non-negara. Seperti yang saat ini banyak dilakukan adalah semakin banyaknya Multi National Coorporation (MNC) dalam melakukan perdangangan lintas negara. Banyak pula aktor-aktor individu yang berperan penting dalam investasi internasional, misalnya George Soros dan Bill Gates. Globalisasi menjadi cepat menyebar karena adanya interdependensi dan interkoneksi.
            Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa dalam era globalisasi, kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi berkembang sangat pesat. Hal ini yang mendasari kemudahan terjadinya hubungan antara negara-negara, mendekatkan jarak, dan membuka peluang-peluang untuk terjadinya interaksi komersial seperti perdagangan antar negara, intaraksi politik, dan juga sosial.
            Keadaan dunia yang mengglobal dengan banyak menganut sistem ekonomi kapitalis, menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial antara negara kaya, negara berkembang, dengan negara miskin. Dalam negara miskin, masih banyak terjadi kelaparan. Menurut Direktur Jenderal FAO, Jacques Diouf, ”Lebih dari 800 juta orang dewasa ini tidak mempunyai sarana yang memadai untuk mendapat pangan; di antaranya terdapat 200 juta anak”. Diperkirakan bahwa menjelang tahun 2025, penduduk dunia yang sekarang berjumlah 5,8 miliar akan meningkat mencapai 8,3 miliar, dan sebagian besar peningkatan ini terjadi di negara-negara berkembang. Diouf menyatakan keprihatinannya, ”Terdapat jumlah yang luar biasa besar dari pria, wanita, dan anak-anak yang tidak memiliki hak mutlak untuk hidup dan bermartabat. Tangisan orang-orang yang lapar disertai oleh penderitaan yang senyap akibat degradasi tanah, penggundulan hutan, dan semakin menyusutnya tempat-tempat penangkapan ikan.”[7]
            Diouf mengatakan bahwa pemecahannya terletak pada ”tindakan yang berani”, menyediakan ”jaminan pangan” bagi negeri-negeri yang kekurangan pangan serta menyediakan keterampilan, investasi, dan teknologi yang akan memungkinkan mereka berswasembada pangan. Hal itulah yang melatar belakangi FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) dalam menggagas adanya Millenium development Goal yang disingkat MDGs. FAO ingin menetapkan tujuan dari MDGs adalah untuk mengurangi jumlah penderita kekurangan gizi dunia hingga setengahnya, yakni 400 juta orang yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015.
            Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, mengenai isu terkait kapitalisme dan MDGs. Pada forum PBB yang membahas tentang kelanjutan tujuan dari MDGs, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, justru menggunakan forum tersebut untuk mengkritik kapitalisme dan tatanan pemerintahan global yang selama ini tidak demokratis dan tidak adil. “Kini tatanan kapitalisme dan pendekatan hegemoni yang diskriminatif berada di ambang kekalahan,” kata Ahmadinejad. Maka, dia mengusulkan agar PBB menyebut sepuluh tahun ke depan sebagai dekade bagi pemerintahan global bersama.[8]
Sistem ekonomi kapitalis yang hanya menguntungkan negara maju meruapakan bentuk hegemoni negara maju terhadap negara berkembang. Dikaji melalui level analisis sistem internasional, berdasar pemikiran Robert Cox, konsep Hegemoni Gramscian, Hegemoni disini digambarkan sebagai suatu kesesuaian antara unsur kekuasaan, ideology dan kelembagaan yang membingkai pemikiran dan juga membatasi gerakan. Hegemoni lebih dari sekedar tatanan antara negara-negara karena juga meliputi tatanan di dalam sebuah ekonomi global, hal ini tidak hanya untuk menjelaskan tata aturan konflik antar negara tetapi juga pada masyarakat sipil global.[9]
            Menurut pendapat penulis, Ahmadinejad menggunakan forum tersebut untuk mengkritik kapitalisme karena forum tersebut dianggap tepat. Forum yang dihadiri oleh sekitar 140 pemimpin negara-negara yang turut andil dalam program MDGs tersebut, dianggap cocok untuk mengungkapkan mengenai masalah kaitalisme. Karena dalam forum tersebut tidak hanya membahas mengenai target yag harus dicapai MDGs pada tahun 2015, tapi juga membahas tentang bagaimana cara mewujudkannya.
            Mengingat latar belakang diadakannya program MDGs adalah karena adanya negara-negara miskin di dunia yang didalamnya terdapat masalah-masalah kelaparan yang berkepanjangan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menuding kapitalisme global sebagai penyebab dari berbagai persoalan dunia ketiga.[10] Dia memprediksikan jatuhnya kapitalisme, sekaligus menuding para pelaku utama bisnis tingkat global bertanggungjawab bagi penderitaan banyak orang di muka bumi.
            Membaca pernyataan di atas, memberikan wacana pula pada orang-orang, khususnya yang berada di negara berkembang, bahwa memang dominasi sistem ekonomi kapitalis yang menyebabkan persoalan-persoalan global saat ini. Tindakan Eksploitasi yang dilakukan oleh kapitalis tidak dapat dibendung oleh kekuatan atau peran negara sendiri. Kekuatan kapitalisme global telah menggiring negara pada tindakan yang ekslopitatif demi tujuan ekonomi. Kaum kapitalis menganggap tingkat ekonomi sebagai acuan dalam memperoleh tingkat kehidupan yang layak. Ekonomi dijadikan standar suatu kehidupan. Semakin baik tingkat ekonominya, semakin baik pula kehidupannya.
            Dalam sistem ekonomi kapitalis, negara majulah yang domianan dalam mengatur tata kelola ekonomi dunia. Sangat dominannya negara maju tersebut, menyebabkan ketergantungan negara berkembang kepada negara maju. Program MDGs yang digalakkan itu justru akan semakin menyebabkan ketergantungan yang baru. Ketergantungan ini disebut ketergantungan industri-teknologi, yang pola hubungannya bersifat tidak langsung yang artinya hubungannya dihubungkan melalui instrumen.
            Apa yang dikatakan oleh Ahmadinejad memang tidak dapat dipungkiri. Isu tersebut jika dianalisis dengan Critical Theory, menurut Habermas dalam Critical Theory, komunikatif atau moral-praktis yaitu adalah sikap komunikatif yang berkaitan dengan pemahaman bersama. Kritikannya terhadap kapitalis memang berkitan dengan diberlakukannya program MDGs. Rekosntrsuksi materialisme Habermas dalam hal ini adalah melalui paradigma bahasa.
            Untuk menimpali pidato Ahmadinejad, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengungkapkan “Pembangunan berkelanjutan, seperti juga kemajuan ekonomi dan sosial tidak mungkin tanpa pemerintahan yang baik dan menghormati hak asasi manusia.”[11] Kemudian dia melanjutkan, “Maka negara-negara harus mendorong pembangunan ekonomi pasar, karena tanpa disertai pertumbuhan ekonomi yang mandiri, negara-negara berkembang akan sulit melangkah dari kemiskinan dan kelaparan."[12]
            Meskipun hal ini belum meberikan dampak besar terhadap tatanan ekonomi internasional, tapi ungkapan yang dilontarkan Ahmadinejad dapat mempengaruhi pemikiran orang lain. Dalam media lain yang juga mengangkat isu yang sama menyebutkan, Robert Mugabe, presiden Zimbabwe, mengatakan beberapa negara telah “sengaja mencoba menghancurkan” kemajuan negaranya dalam mencapai MDGs melalui penerapan sanksi ekonomi.[13] Inilah salah satu bukti bahwa Tindakan rasionalitas komunikatif atau moral praktis seperti yang dijelaskan Habermas, yang dilakukan oleh Ahmadinejad dapat mempengaruhi pemikiran seseorang.
            Dilihat melalui level analisis individu dalam Critical Theory, Ahmadinejad menggunakan bahasa untuk merekonstruksi perubahan, yaitu dominasinya sistem kapitalis saat ini. Kesimpulannya, Ahmadinejad ingin menyatakan bahwa selama sistem ekonomi kapitalis masih mendominasi, maka tatanan dunia akan tetap seperti ini meskipun upaya besar seperti MDGs digalakkan.


DAFTAR PUSTAKA

Baylis, John dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. 2009. Teri-Teori Hubungan Internasional. Bandung:Nusamedia
Korten, David C. 2002. The Post-Corporate World: Kehidupan Setelah Kapitalisme; terjemahan dan kata pengantar A. Rahman Zainudin ; edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)
http://www.jatam.org/content/view/1226/1/ (di unduh pada 22 Oktober 2010, 21:13 WIB)
http://www.un.org/millenniumgoals/ (di unduh pada 23 Oktober 2010, 12:20 WIB






[1] http://www.vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[2] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[3] R. Jackson dan Georg Sorensen. ”Introduction to International Relations”. oxford University Press. New York. 1999.hal 299

[4] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 218
[5] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 218
[6] David C. Korten. The Post-Corporate World. 2002.Hlm.1
[8] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[9] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 216
[12] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

Jurnal Teori HI, Globalisasi dalam Perspektif Poskolonialisme


Globalisasi dalam Perspektif Poskolonialisme

oleh:
Irza Khurun'in (0911240012)

Abstraksi
               Globalisasi memberikan wacana seolah-olah negara tanpa batas dengan semakin majunya industrialisasi, teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak terhadap budaya-budaya di dunia. Globalisasi menyebabkan homogenitas budaya, bahwa budaya yang baik adalah yang berasal dari Barat. Munculnya globalisasi juga melalui sejarah yang panjang, yang mana hal itu tidak lepas dari adanya kolonialisasi oleh Bangsa Barat terhadap bangsa Timur. Perspektif poskolonialisme yang diwakili oleh tokoh poskolonialisme yaitu Homi Bhabha, yang mana membahas tentang budaya, khususnya hibriditas budaya, memberikan sebuah wacana bahwasanya terdapat suatu hubungan antara fenomena globalisasi seperti yang dewasa ini gencar diperbincangkan dengan perspektif poskolonialisme. Di samping itu ada Franz Fanon  yang terkenal dengan ”Black Skin White Masks” dan Edward Said yang terkenal dengan wacana ”Orientalism”. Jadi, munculnya isu tentang globalisasi juga tidak lepas karena adanya sejarah panjang kolonialisme yang kemudian menimbulkan pespektif poskolonialisme.

Kata kunci: Globalisasi, poskolonialisme, budaya, Homi Bhabha, Fanon, Said.


I. Latar Belakang

Dewasa ini globalisasi menjadi isu global. Banyak dibahas oleh berbagai kalangan. Globalisasi menjadi fenomena yang mendunia. Baik secara ekonomi, politik, maupun budaya. Globalisasi menjadikan negara-negara di dunia seolah-olah tanpa batas (borderless).
Dalam kehidupan seperti saat ini dimana negara seolah-oleh menjadi sebuah ”Global Village”, dan seiring dengan semakin berkembangnya industrialisasi, teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi juga kian berkembang pesat. Globalisasi meliputi berbagai aspek kehidupan individu, negara, dan aktor-aktor non-state lainnya. Globalisasi juga memberikan tantangan dan juga janji mengenai kesejahteraan global. Dimana kelebihannya itu menghasilkan sebuah informasi yang lebih efisien, selain itu dapat membantu meningkatkan teknologi-teknologi yang semakin canggih di ranah internasional. Kekurangan globalisasi adalah westernisasi, sehingga hasil kebudayaan negeri kita sendiri akan luntur.
Globalisasi  oleh sebagian masyarakat sering diartikan sebagai gagasan tentang penyeragaman dan standarisasi dunia melalui teknologi, perdagangan dan sinkronisasi budaya dengan budaya  yang berasal dari Barat.[1] Globalisasi sering diidentikkan dengan berbagai hal yang berbau modern. Dan sifat-sifat modern selama ini seringkali dihubungkan dengan Barat. Oleh karena itu, segala seuatu yang berasal dari Barat selalu dianggap sebagai sesuatu yang modern dan global. Hal ini tidak terlepas akan akan ekspansi yang dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap negara-negara Timur, atau yang biasa disebut dengan kolonialialisasi.
Akibat adanya kolonialisasi tersebut, muncul teori poskolonialism yang dibangun berdasar  peristiwa sejarah dan pengalaman pahit negara-negara yang dijajah oleh negara-negara lain. Dalam pandangan poskolonialisme dijelaskan mengenai adanya sebuah fakta sejarah terkait kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat yang setelah terjadi decolonialisasi, masih berlanjut membentuk hubungan antara Barat dengan non-Barat. Poskolonialisme merupakan intelektual modern yang merupakan reaksi dari dampak yang ditimbulkan oleh kolonialisme.
            Dalam essay kali ini, akan membahas dampak globalisasi terhadap budaya (cultural dimension of globalization) dan hubungannya dengan poskolonialisme budaya. Globalisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya di dunia. Dan akibat adanya kolonialisasi pada jaman dahulu yang mana dampaknya masih terasa sampai sekarang. Globalisasi budaya juga tak lepas karena adanya kolonalisasi tersebut. Sehingga antara poskolonialisme dan globalisasi memiliki hubungan yang erat.
Kolonialisasi ini menyebabkan adanya superioritas dan inferioritas. Masyarakat Barat yang pada umumnya adalah penjajah, menganggap dirinya lebih tinggi daripada masyarakat di negara-negara Timur. Sedangkan masyarakat di negara-negara Timur juga tidak menyangkal adanya superioritas bangsa Barat. Hal ini menurut kaum pos kolonialisme terjadi akibat adanya kolonialisasi dalam berbagai bentuk yang kemudian mempengaruhi identitas, pola pikir, dan struktur sosial, yang kemudian terbawa sampai ke masa globalisasi yang semakin mempermudah terjadinya homogenitas budaya dan clashes of civilization..
           
II. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, muncul pertanyaan bagaimana pandangan poskolonialisme terhadap globalisasi, khususnya dalam bidang budaya? Dan bagaimana hubungan negara-negara kolonial terhadap negara-negara yang dijajah?
III. Pembahasan

Definisi Globalisasi
·         Globalisasi refers to the widening, deepening, and speeding up of global interconnectedness.[2]
·         Globalisasi is refers to the compression of the worl and the intensification of consciousness of the world as a whole (R. Robertson. Globalization. 1992, p.8)[3]
·         Berbagai definisi tentang globalisasi bisa ditemukan di berbagai tulisan tentang globalisasi. Tetapi, berbagai definisi tersebut pada dasarnya melihat globalisasi sebagai sebuah proses ke arah globalitas, yakni, a social condition characterized by the existence of global economic, political, cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the currently existing borders and boundaries irrelevant[4]

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi tertentu, yang dipaparkan seperti diatas merupakan definisi kerja, sehingga pengertian globalisasi tergantung perspektif dari masing-masing individu. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.[5]
Dalam globalisasi juga mencakup berbagai bidang dalam kehidupan dengan tanpa menghiraukan batas-batas antar negara. Sehingga memudarnya batas-batas antar negara (borderless) menyebabkan sulitnya melakukan pengawasan atas individu atau kelompok yang melakukan aktivitas lintas negara.
  Studi tentang globalisasi, pertama diprakarsai oleh ekonom dan ilmuwan sosial, diikat dengan munculnya ekonomi global, berpijak pada modernisasi, dipicu oleh ekspansi kapitalisme Barat, dan baru-baru ini, terkait dengan munculnya perusahaan-perusahaan transnasional dan proliferasi pasar yang melintasi batas negara-bangsa.[6]
            Terdapat 3 aliran dalam memandang globalisasi. Kaum globalist adalah aliran yang setuju dengan globalisasi dan memandang akan terjadi terjadi homogenitas budaya karena dunia akan semakin mengglobal. Kaum Skeptics  yang cenderung pesimis dengan globalisasi, yang memandang globalisasi hanya akan mengakibatkan ekonomi dunia terfragmentasi, pendapatan tidak merata, dan adanya munculnya cleshes of culture, Americanisation, yang akan menimbulkan konflik, meningkatnya peran nation-state dan fragmentasi dunia. Yang terakhir adalah kaum transformasionalist yang menghubungan dua pendapat dari globalis dan skeptics.
                Dari penjelasan mengenai 3 aliran dalam Globalisasi, dapat ditarik sebuah benang merah bahwa terdapat kesinambungan antara globalisasi dengan perspektif poskolonialisme. Poskolonialisme yang merupakan perspektif mengenani dampak adanya kolonialisasi, hingga saat ini terdapat kolonialisasi modern terbukti dengan adanya globalisasi yang mempermudah terjadinya kolonialisme modern. Jaman kolonialisasi, adanya hubungan negara-negara penjajah dengan yang terjajah, namun yang sekarang adalah hubungan saling ketergantungan secara global antara negara berkembang yang pada jaman dulu sebagai negara terjajah dengan negara maju yang dulunya sebagai negara penajajah (koloni).
Poskolonialisme
            Poskolonialisme merupakan pendekatan yang penting dalam beberapa ilmu diantaranya ilmu budaya, antropologi, dan studi bahasa. Teori postkolonialisme itu sendiri dibangun atas dasar peristiwa sejarah dan pengalaman pahit dijajah oleh bangsa lain. Permasalahan pokok dalam poskolonialisme meliputi kegiatan masyarakat yang melampaui batas negara, isu bangsa dan nasionalisme, dampak chauvinisme budaya sehingga memungkinkan terjadi imperialisme. Poskolonialisme tidak setuju adanya penjajahan atao kolonialisme karena hanya menyebabkan adanya superioritas dan inferioritas.
            Poskolonialisme menunjukkan proses perlawanan dan rekonstruksi oleh negara non-Barat terhadap negara Barat. Teori poskolonialisme mengeksplorasi pengalaman penindasan, perlawanan, ras, gender, representasi, perbedaan, penyingkiran, dan migrasi dalam hubungannya dengan wacana-wacana penguasa Barat mengenai sejarah, filsafat, sains, dan linguistik.[7]
            Dalam teori poskolonialisme terdapat 3 toko yang terkenal. Franz Fanon yang menyoroti dampak kolonialisme dalam bidang psikologis yang juga berdampak pula terhadap budaya. Edward Said, melalui wacananya Orientalisme yang memberikan wacana bahwa Bangsa Barat tidak sama dengan Bangsa Timur, adanya superioritas dan inferioritas, termasuk dalam bidang budaya. Dan Homi Bhabha yang dengan jelas menyoroti tentang budaya yang ada akibat dari kolonialisme Barat terhadap Timur.
            Poskolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era kolonial, teori poskolonialisme memperjuangkan narasi-narasi kecil, membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan bukan semata-mata dalam bentuk fisik melainkan juga secara psikologis yang tidak hanya berdampak dalam segi ekonomi tapi juga dalam hal budaya.
Budaya          
            Budaya menurut Koentjaraningrat pada hakikatnya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan belajar. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Pandangan Poskolonialisme terhadap Globalisasi
            Salah satu akibat adanya Globalisasi yang juga berkaitan dengan poskolonialisme adalah dengan dipakainya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Mengingat pada jaman dulu Inggris adalah negara koloni yang sangat kuat. Jajahannya ada di mana-mana. Sehingga tak dapat disangkal bahwa budayanya akan ada di setiap negara yang pernah dijajah oleh Inggris.
            Negara-negara Barat yang acapkali selalu gencar dengan indutrialisasi dan modernisasi, dengan pembangunan ekonomi liberal, struktur pemerintahan yang kuat, dan rasa identitas nasional yang kuat. Negara-negara maju cenderung menguasai ekonomi untuk keuntungan negara maju itu sendiri.  Di era globalisasi, munculnya perusahaan multi-nasional, dan kemudian, internet, telah mengubah sistem dunia yang heterogen oleh decentering peran nation-state.
                Postkolonialisme dan globalisasi menawarkan dua pendekatan yang berbeda namun saling berhubungan dalam hal transnasional budaya[8]. Poskolonialisme memandang transanasional budaya dari tingkat lokal ke tingkat yang signifikan berakar dalam karya intelektual postkolonial dan didasarkan pada dekolonisasi dan pembangunan bangsa, dan memnganggap budaya yang tersebar adalah produk Barat. Namun, dalam pandangan globalisasi, transnasional budaya berasal dari transnasional studi yang didasarkan pada kompleks teori disiplin berfokus pada struktur postnational dan budaya yang kemudian disebarluaskan melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
            Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Terjadinya perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok semacam kelompok dari luar negeri (Barat) dalam negaranya sendiri, seperti meniru gaya punk, musik pop maupun jazz, dan juga berbagai macam westernisasi dan americanisasi lainnya. Globalisasi sebagai bentuk imperialisme budaya America juga imperialisme budaya Eropa ke negara-negara bekas jajahannya.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini.[9] Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media, seperti internet, televisi, menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan yang menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
            Dampak negatifnya adanya globalisasi budaya ini adalah banyaknya nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara meniru atau menerapkannya secara selektif, salah satu contoh dengan hadirnya modernisasi disegala bidang kehidupan, terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa di Indonesia yang tadinya kental sekali dengan nilai-nilai gotong royong menjadi individual. Selain itu juga timbulnya sifat ingin serba mudah dan gampang (instant) pada diri seseorang. Pada sebagian masyarakat, juga sudah banyak yang mengikuti nilai-nilai budaya luar yang dapat terjadi dehumanisasi yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.[10]
            Dalam pandangan poskolonialisme, negara-negara berkembang yang telah melalui proses kolonisasi, dekolonisasi, dan postkolonialisme adalah bagian dari sejarah panjang globalisasi. Tahap pertama, pada masa penjajahan yaitu dimana negara koloni memanfaatkan kolonisasi dengan pembangunan modal kepentingan ekspansi sendiri. Dan yang kedua, di era global dan pasar bebas ini, di mana perusahaan multi-nasional di usia-media massa mulai menjamur dan melakukan ekspansi pasar ke negara-negara berkembang, sekaligus menyebarkan budayanya melalui pasar tersebut.
            Konteks penjajah-terjajah dalam fenomena budaya sangat bermacam-macam. Banyak hal yang unik dan menarik yang diungkap melalui teori poskolonialisme. Hegemoni penjajah yang luar biasa, akan menjadi bahan kajian penelitian. Begitu pula persinggungan pluralisme budaya, telah banyak menyuguhkan persoalan etnis, khususnya di daerah rawan konflik.
            Sangat ironi bagi negara-negara berkembang untuk melawan arus globalisasi yang diciptakan bangsa barat yang diawali melalui zaman kolonialisasi, karena di zaman sekarang sangat dibutuhkan persaingan yang sangat ketat. Dan negara-negara berkembang secara ekonomi sudah terperangkap dengan dependensi ekonomi terhadap negara maju. Lebih parah lagi globalisasi ekonomi menuntut partisipasi dalam sistem ekonomi transnasional yang mengancam otonomi dan identitas budaya dari semua-negara bangsa.
            Di satu sisi, perkembangan ekonomi tampaknya terkait dengan investasi di ekonomi global, tapi di sisi lain, globalisasi kontemporer membawa serta sebuah homogenisasi, westernisasi kekuatan budaya yang mengancam otonomi budaya dan identitas negara-bangsa.[11] Melalui sejarah panjang globalisasi ini, globalisasi meberikan tantangan juga janji terhadap negara-negara di dunia.
           
Penjelasan menurut Tokoh Poskolonialisme
            Franz Fanon, tokoh poskolonialisme yang dilahirkan di Fort de-France pada 20 Juli 1925 ini merupakan salah satu yang memberikan wacan mengenai poskolonialisme melalui karyanya “Black Skin White Masks” dan “The Wretched of the Earth”. Melalui karyanya ini, Fanon menyimpulkan bahwa adanya kolonialisasi melahirkan alienasi dan marginalisme psikologis yang sangat hebat. Fanon adalah seorang psikiatri, menggunakan pandangan poskolonialisme untuk menjelaskan efek psikologis yang dialami bangsa kulit hitam sebagai obyek penderita di tengah dominasi kulit putih.
            Kolonialisme kulit putih memberikan dampak inferiority complex yaitu perasaan depended, tidak percaya diri, menyebabkan kemunduran kepribadian, reduksi karakter, dan lost of identity. Karena hal ini, Fanon menyoroti, dampak psikologis yang hebat ini, meski kolonialisme pada jaman sekarang sudah tidak tampak seperti kolonialisme pada jaman dulu, sesungguhnya dampak yang ditinggalkan masih tetap dirasakan sampai saat ini. Apalagi dengan adanya isu globalisasi, seakan seperti melanjutkan kolonialisme klasik ke kolonialisme modern.
            Yang paling terkenal dalam teori poskolonial adalah Edward Said dengan karya Orientalism yang menjadi tonggak berdirinya poskolonialisme. Oerientalisme memberikan wacana bahwa Barat tidaklah sama denga Timur. Disini memberikan pandangan seolah-olah bangsa Barat lebioh superior daripada Timur. Dan bangsa Timur menjadi subjek pasif adanya kolonialisasi Barat.
            Dalam poskolonialisme, selain pemikir Fanon dan Said, juga terkenal Homi Bhabha dengan konsep hibriditas budaya. Homi Bhabha mengembangkan gagasan mengenai studi poskolonial dengan fokus budaya. Bhabha menekankan bahwa apa yang dihadirkan saat ini di dunia merupakan perwujudan representasi dari budaya hybrid (cultural hybridity). Hibriditas tersebut maksudnya adalah asimilasi budaya. Menurut Bhabha sebagai gagasan bahwa identitas dari dijajah dan penjajah secara konstan berubah secara terus menerus dan saling mendukung. Melalui konsep hibriditas ini, yang kemudian dalam globalisasi budaya memunculkan yang disebut homogenitas budaya. Yaitu keseragaman budaya akibat adanya pencampuran budaya, penyerapan budaya barat oleh negara-negara timur.
            Homogenitas budaya sudah terlihat dari peniruan budaya barat. Misal dalam musik, yaitu pemakaian musik pop dan jazz yang mendunia. Dalam bidang makanan, di Indonesia saja sudah terdapat banyak sekali restoran-restoran fast food yang termasuk produk budaya barat yang mengingnkan segalanya serba cepat dan instan. Dalam bidang fashion, jeans sudah menjadi mode pakaian yang dianggap modern dan mengglobal. Rock, punk, dan berbagai macam budaya yang berasal dari Barat yang kemudian seolah-olah tanpa filter masuk ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia.


Analisis penulis
            Globalisasi saat ini dapat dikatakan sebagai kolonialisme modern. Kolonialisme negara-negara maju terhadap negara berkembang. Hal itu tidak dapat dipungkiri. Buktinya saja saat ini, tatanan internasional dipegang oleh negara-negara maju. Muncul organisasi-organisasi internasional seperti PBB yang memberikan hak veto dalam pengambilan keputusan terhadap negara maju, yaitu Amerika Serikat, Rusia, RRC, Inggris, Perancis. Kemudian dalam bidang ekonomi terdapat organisasi IMF, yang didalmanya juga di dominasi oleh negara maju. WTO, organisasi tentang hubungan perdagangan antar bangsa diatur didalam WTO. Hingga sekarang muncul yang dinamakan pasar bebas. Di dalam pasar bebas, terjadi persaingan tinggi antara negara maju dengan negara berkembang. Hal itu mengakibatkan negara berkembang yang masih belum maju dalam segi industrinya makan akan kalah bersaing dengan negara maju.
            Globalisasi juga dikenal sebagai fenomena budaya secara luas. Bergerak dari sistem internasional untuk mempelajari globalisasi, kita bergerak dari studi sempit pertukaran ekonomi global atau yang lebih sering disebut sebagai pasar bebas, ke bentuk pertukaran budaya transnasional.
            Di era globalisasi seperti sekarang ini menyebabkan apa yang dinamakan homogenitas budaya atau keseragaman budaya. Budaya yang menentukan identitas individu dalam masyarakat satu negara, yang dikomposisikan dari norma, aturan, yang terbentuk dalam kehidupan sosial. Jiak budaya homogen, maka tidak dapat membedakan budaya negara asal. Menjadikan individu berkurang rasa nasionalismenya.
            Terjadi westernisasi dan Americanisasi. Seperti contoh yang telah diuraikan diatas, yaitu makanan, musik, gaya hidup, dan gaya berpakaian yang cenderung meniru budaya barat. Ekonomi liberal yang saat ini sedang berkembang juga dapat dijadikan sarana keberlangsungan global culture. Dengan membuka pasar berarti membuka kesempatan masuknya budaya karena setiap produk membawa budaya dari negara asal. Hal ini juga akan menimbulkan clashes of civilization. Civilization adalah bentuk terluas dari budaya dan mewakili tingkat identitas yang bisa saja tersebar melewati banyak negara.
            Globalisasi tidak datang sendirinya, namun melalui sejarah yang panjang. Sejarah panjang globalsasi tidak lepas dari masa kolonialisme Barat terhadap bangsa Timur, yang kemudian sekarang berkembang menjadi yang sering disebut dengan negara maju dan negara berkembang.
           
Kesimpulan
            Menurut perspektif poskolonialisme, globalisasi tidak sekedar isu, tapi fenomenanya merupakan fenomena riil, yaitu berupa hibriditas budaya yang menyebabkan homogenitas budaya yang terdapat di era globalisasi akibat adanya kolonialisasi dan dampak kolonialisasi yang dibahas melalui teori poskolonialisme. Poskolonialisme dalam memandang globalisasi adalah globalisasi merupakan jalan untuk negara-negara maju tetap melanggengakan kolonisasinya. Pengaruh-pengaruh negara maju masih terus berlangsung terhadap negara-negara berkembang yang dulunya adlaah negara jajahannya. Sehingga rasa superioritas dan inferioritas yang merupakan dampak psikologis karena kolonialisasi seperti yang dibahas oleh Fanon akan tetap ada.
            Dalam bidang budaya, hubungan antara negara kolonial dengan negara yang dijajah tetap berlanjut dengan adanya masuknya budaya-budaya negara maju ke negara berkembang sebagai bentuk kolonialisasi modern. Globalisasi dengan tanda-tanda memudarnya batas-batas antar negara, semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi yang bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lain mejembatani keberlangsungan itu, sehingga terjadi homogenitas budaya.


Daftar Pustaka

Buku:
Gunter, Bernhard G., and Hoeven, Rolph van der. 2004. “The Social Dimension of Globalization: A Review of the Literature”. Geneva: Policy Integration Departement World Commission in the Social Dimension  of Globalization International Labour Office.
McLeod, John. 2000. Beginning Colonialism. Manchester University Press : Manchester and New York.
Micklethwait, John dan Adrian Wooldridge. 2007. Masa Depan Sempurna, Tantangan dan Janji Globalisasi (diterjemahkan oleh Samsudin Berlian). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Stigliz, Joseph E. 2002. Globalization and its Discontens. New York: W.W Norton and Company, Inc

Jurnal:
Warsono. 2007. Globalisasi dan Perubahan Budaya
Jay, Paul. 2000. Globalization and The Postcolonial Condition. Modern Language Association


http://www.scribd.com/doc/17144495/MAKALAH-GLOBALISASI (diunduh pada tanggal 30 Desember 2010)
http://www.sociology.emory.edu/globalization/theories03.html  (diunduh pada tanggal 30 Desember 2010)



[1] Warsono. 2007. Globalisasi dan Perubahan Budaya

[2] Kuliah Globalisasi tanggal 1 September 2010. Isuues, Concepts, and Perspektif of Globalization.
[4] Steger, 2003, p. 7
[6] Jay, Paul. 2000. Globalization and The Postcolonial Condition. Modern Language Association
[7] Appignanesi, 1999
[8] Jay, Paul. 2000. Globalization and The Postcolonial Condition. Modern Language Association
[9] Lucian W. Pye, 1966
[10] Lucian W. Pye, 1966

[11] Jay, Paul. 2000. Globalization and The Postcolonial Condition. Modern Language Association