Welcome to my Blog... :) Cupapacupa...!
With me,, irza :) :)

Kamis, 20 Januari 2011

Firasat Itu...

Malam sudah larut ketika aku tertidur pulas. Namun, tidak lebih dari 3 jam setelah aku mulai memejamkan mata, aku terbangun. Aku tengok jam weker ku masih menunjukkan pukul 1 dini hari. Aku pergi ke kamar mandi untuk sekedar melepas hajat di malam hari. Setelah pipis, aku balik ke kamar. Aku coba untuk memejamkan mata lagi. Namun, tak jua aku bisa tertidur. Aku pilih untuk menyalakan laptopku, dan memulai untuk merangkai undangan acara buka bersama alumni SMANEKA angkatan tahun 2006.

Aku buka potoshop. Dengan lincah tanganku mulai merangkai kata demi kata, gambar dami gambar, hiasan, demi hiasan. Namun, tiba-tiba aku mulai pusing, semua tiba-tiba membesar, mengecil lagi, membesar lagi. Tiba-tiba muncul rasa takut yang aku sendiri gak tau darimana itu datangnya. Jantungku berdegup cepat sekali. Aku bingung. Aku takut. Tak berani beranjak dari tempatku duduk di atas kasur ini. Aku cari-cari ponsel CDMA ku. Aku ingat, ponsel CDMA ku di meja depat TV. Aku ambil ponsel GSM ku. Aku ketik sms. Namun, aku lupa untuk mengirimnya. Aku beranikan untuk beranjak dari dudukku. Aku pergi ke ruang tengah yang gelap, aku ambil ponselku. Segera lagi aku kembali ke kamar. Aku telpon ibukku. Sambil mengecek apakah ada sms masuk. Ternyata, sms yang aku ketik tadi belum aku kirim.

“Hhuuhh, “ aku lupa belum klik kirim. Lalu aku kirim ke nama “Ndos'” yang ada di ponselku. Tidak lama kemudian di bales.
“Habis ini aku telpon, sayang.” Balesnya.

Sambil menunggu telpon dari "Ndos", aku telpon ibukku. Akhirnya di angkat juga telponku sama ibuk.
“Buk, aku terbangun dari tidur. Gak bisa tidur lagi. Rasanya takut, bingung, jantungku berdegup lebih kencang….” Kataku sambil memelas.
“Kenapa nak??” Tanya ibukku. Suara ibukku sedikit mendamaikan hatiku.
“Udah, mungkin masuk angin. Dikasih minyak kayu putih aja, Kak” lanjut ibukku.
“Iya, Buk. Ya sudah, aku tutp telponnya ya buk” kataku
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Klik. Aku tutup telponku. Dan aku liat hp GSM ku bergetar.
“Ndos' memanggil…”
“Iya, hallo…” kataku sedikit lemes.
”kenapa yank?” jawab suara dari ujung'
”Gak tau ini. Tiba-tiba aja.......” aku ceritakan semua yang aku rasain.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 2.30 dini hari. Telpon aku sudahi. Dia harus siap-siap untuk sahur. Hatiku sudah agak tenang. Aku nonton tv, nonton sepak bola yang waktu itu ada pertandingan inter vs atletico madrid yang akhirnya dimenangkan oleh inter dengan skor 2-0.
Aku tidur lagi pukul 05.30.

”Krriiiiinggg................” posnel ku berbunyi. Aku liat. Ayahku yang telepon. Dengan mata riyip-riyp aku angkat telepon dari ayahku.
”Assalamualaikum, Yah.”
”Waalaiakumsalam. Udah bangun Za???”
”Sampun. Ada apa Yah?”
”Langsung ke rumah Mbak Nining ya...”
”Ooo, iya-iya. Tapi ngapain Yah?”, tanyaku yang masih kaget kok pagi-pagi gini udah disuruh ke rumah Mbak Nining.
”Ambahnya meninggal”, kata ayahku yang langsung membuat mataku terbelalak.

Sejenak aku berpikir, barusan yang dikatakan ayahku 'Abahnya Mbak Nining' atau 'Mbahnya Mbak Nining' ya?
”Innalillahi wainnailaihi roji'un. Iya Yah. Langsung meluncur kesana.”

Setelah mandi, siap2 pake baju hitam-hitam ku sebagai bela sungkawa yang amat sangat mendalam aku berangkat menuju rumah Mbak Nining. Dalam hati aku bertanya-tanya. Yang meninggal Mbahnya Mbak Nining atau Abahnya. Tapi aku langsung berpikir bahwa yang meninggal dunia adalah Mbahnya Mmbak Nining bukan Abahnya Mbak Nining. Karena setau saya, yang sakit-sakitan akhir-akhir ini adalah Mbahnya Mbak Nining.

Sesampai di rumahnya Mbak Nining. Aku langsung nyelonong masuk. Namun, kudapati Mabh uti masih sehat-sehat saja, duduk di kursi di depan tivi dengan raut muka yang menyiratkan kesedihan yang amat dalam. Aku tengok kanan kiri, ada Bu in yang sedang menangis sejadi-jadinya, Bu Puh Endang yang tersedu-sedu. Semua yang ada di ruangan itu sedang menangis, meneteskan air mata.

”deg...!!!” dalam hatiku langsung menjawab sendiri pertanyaan yang dari tadi bergelayut di pikiranku. Berarti benar, yang meninggal adalah Abahnya Mbak nining, Pak Puh, Pak Dwi Waloyo.

”Astaghfirulloh hal a dzim”, orang yang memberikan andil terbesar dalam perubahan yang ada pada ayahku , juga pada keluarga besarku. Orang yang sudah seperti Bapak bagi Ayahku. Orang yang sudah menjadi guru, juga panutan bagi Ayahku setelah panutan yang Utama adalah Kanjeng Nabi Muhammad SAW, meninggal dunia, kembali pada pangkuannya. Semoga segala amal ibadahnya diteima oleh Allah swt dan segala dosanya di ampuni oleh Allah. Dan arwahnya ditempatkan di tempat terindah. Amiiiinn....

Air mata langusng menetes bercucuran, apalagi setelah melihat Mbak Nining yang menangis tersedu-sedu, ada kehilangan yang dalam tersirat dari mukanya. Semakin menusuk hatiku. Semakin membuatku menangis.

Selang beberapa jam, jenazahnya datang dari Ngawi. Bu In (Adik kandung Pak Puh Dwi) pingsan. Bu puh Ju (istri Pak Puh Dwi) keluar dari mobil sambil menangis, Bu Puh Endang (kakak kandung Pak Puh Dwi) menguatkan diri berusaha tabah, mas ganang (anaknya Bu Puh Endang) mengucurkan air mata, mas sigit (Adiknya Mas Ganang) juga turut mengis, Mbah uti yang sedari tadi menahan supaya air mata tidak jatuh akhirnya air matanya jatuh juga. Semuanya yang ada di sana bersedih, hampir semuanya menetekan air mata.

Ada yang lahir, ada yang mati. Begitulah seterusnya siklus alam.
Langsung aku teringat akan tadi pagi dini hari yang tiba-tiba kau terbangun dan merasa takut, bingung, jantung berdegup semakin cepat. Apa itu pertanda Ya Allah...?? Hanya Allah yang Maha Tahu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar