Welcome to my Blog... :) Cupapacupa...!
With me,, irza :) :)

Minggu, 02 Januari 2011

Millenium Development Goals dan Kapitalisme, analisis dengan Critical Theory


MDGs dan Kapitalisme
"Perang Retorika" Pemimpin Iran dan Jerman
 
Oleh: Irza Khurun'in

1.       Latar Belakang
            Dalam artikel yang dimuat pada hari Rabu, tanggal 22 September 2010, 08:39 WIB oleh vivanews.com dengan judul ”Ahmadinejad: Kapitalisme di Ambang Kekalahan, Perang retorika: Pemimpin Iran dan Jerman terjadi saat mereka mendapat giliran berpidato” berisi tentang 2 pidato pemimpin negara yang saling menimpali mengenai kapitalisme, hal itu terjadi pada forum PBB di New York yang membicarakan tentang Millenium Development Goals (MDGs).
          Pada saat sidang tahunan PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa 21 September 2010 waktu setempat, yang membahas tentang Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) dan bagaimana program itu mengangkat banyak negara dari kemiskinan, wabah penyakit, dan kesenjangan sosial, tiap-tiap pemimpin negara diberi kesempatan berpidato mengenai perkembangan MDGs di negaranya masing-masing.[1] Ketika Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran, berpidato, dia tidak menyebutkan bagaimana perkembangan MDGs di negaranya, melainkan Presiden Ahmadinejad justru memanfaatkan forum tersebut untuk mengkritik kapitalime dan tata pemerintahan global yang selama ini tidak demokratis dan tidak adil.
            Kemudian Merkel, Perdana Menteri Jerman, menimpali pidato Ahmadinejad. Merkel cenderung berbicara dengan mewakili dunia kapitalis yang menekankan bahwa tangggung jawab utama bagi pembangunan berada di pundak pemerintah negara-negara berkembang. Menurutnya, pemerintahan yang baik dan ekonomi kapitalis yang tumbuh subur merupakan kunci bagi kemakmuran ekonomi.
            Dapat disimpulkan, berita ini mengingkat isu tentang dominasinya sistem kapitalisme, yang mana terjadi pidato yang saling menimpali antara dua pidato dari  pemimpin negara pada forum PBB, yaitu presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang memperdebatkan tentang kapitalisme di era sekarang ini. Menunjukkan bahwa adanya pro-kontra terhadap sitem ekonomi kapitalis. Pada implementasinya secara nyata, sistem ekonomi kapitalis tidak mengurangi kemiskinan di dunia. Bahkan, dengan adanya program MDGs, yang sudah diadopsi oleh 189 negara dengan ditandatangani oleh 147 pemimpin negara, menurut penulis adalah hasil dominasinya sistem ekonomi kapitalis yang juga akan semakin menambah ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju.

2.      Rumusan Masalah
  1. Bagaimana tatanan dunia saat ini dengan dominasi sistem ekonomi kapitalis?
  2. Apa dampak dominasinya sistem ekonomi kapitalis?
  3. Apa hubungan ekonomi kapitalis dengan diberlakukannya program MDGs?
  4. Bagaimana pengaruh ucapan Ahmadinejad terkait dengan kapitalisme terhadap masyarakat dunia saat ini?
  5. Bagaimana critical theory dalam menjelaskan isu tersebut?

3.      Argumen Sementara
a.       Saat ini kelompok negara-negara di dunia terbagi menjadi dua, yaitu negara maju dan negara berkembang. Tatanan dunia saat ini yang didominasi oleh sistem ekonomi kapitalis, menyebabkan kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin. Negara kaya akan semakin kaya karena dengan kemapanan ekonominya dalam menjalankan ekonomi kapitalis sehingga sangat mendatangkan keuntungan. Sedangkan pada negara berkembang dan negara miskin, sistem ekonomi kapitalis yang memaksa pula liberalisasi ekonomi menyebabkan keterpurukan. Industrialisasi yang diterapkan tidak bisa menopang perekonomian negara berkembang. Pada kenyataanya negara berkembang tidak juga bisa menyamai kemajuan negara maju. Kapitalisme justru sebagai imperialisasi negara-negara maju terhadap negara berkembang. Negara berkembang umumnya dijadikan sasaran pasar dan penghasil sumber daya alam untuk bahan mentah industri.
b.      Prekonomian dunia saat ini didominasi oleh kapitalisme mengakibatkan ketimpangan ekonomi. Masyarakat di negara-negara maju sudah menikmati perkembangan ekonominya, namun lima negara termiskin di dunia dari benua Afrika, yaitu Kongo, Zimbabwe, Burundi, Liberia, dan Eritria, masih dalam kemiskinan dan kelaparan[2], dan masih banyak lagi negara berkembang lainnya yang masih jauh dari tahap kemajuan. Dalam sistem kapitalis global, saat ini menerapkan liberalisasi ekonomi. Teori pembangunan kapitalis justru semakin memperburuk keadaan negara berkembang. Industrialisasi yang sudah digalakkan juga masih saja belum dapat mengentaskan kemiskinan.
c.       Program MDGs (Millenium Development Goals) akibat adanya kemiskinan dan kelaparan yang juga akibat dari dominasi sistem kapitalis terhadap sisitem ekonomi dunia. Adanya kemiskinan dan kelaparan yang masih terus melanda di negara-negara miskin di dunia menyebabkan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) prihatin dan kemudian menggagas program MDGs yang harus mencapai tujuannya pada tahun 2015. Namun, program MDGs hanya menyebabkan semakin ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju.
d.      Ucapan Ahmadinejad mengenai kapitalisme yang tidak juga dapat mengurangi jumlah orang masyarakat miskin dan kelaparan, berdampak terhadap pola pikir sebagian masyarakat internasional. Beberapa masyarakat yang tidak yakin dengan sistem ekonomi kapitalis, menjadi berpikiran negatif pula terhadap program  MDGs. Bahkan beberapa pemimpin negara lain dalam forum tersebut juga mengungkapkan bahwa tujuan program MDGs masih jauh dari dari harapan.
e.       Tindakan rasionalitas komunikatif atau moral praktis seperti yang dijelaskan Habermas dalam Critical Theory dapat menarik bentuk-bentuk pemikiran moral-praktis dalam kehidupan sosial. Seperti yang dialakukan oleh dua pemimpin negara, yaitu Presiden Iran dengan Konselir Jerman mengenai pro kontra kapitalisme, melalui pidato mereka yang saling menimpali, memberikan sebuah pandangan baru kepada masyarakat internasional.

4.            Penjelasan Teoritik
      Dalam melihat perpolitikan dunia, para penganut Marxism mengembangkan penafsiran mereka sesuai dengan perkembangan zaman . Diantara berbagai teori yang dikembangkan tersebut salah satunya adalah Critical Theory. Critical Theory sendiri muncul sekitar tahun 1973 yang dikembangkan oleh Frankfrut School, merupakan institusi yang didirikan oleh sekelompok intelektual Marxism di Jerman tahun 1923. Jadi Critical Theory merupakan teori yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran kaum Marxism secara langsung maupun tidak langsung atau cabang dari Marxism. Teori kritis ini memiliki keterkaitan yang erat dengan Ekonomi Politik Internsaional Marxis.[3]
            Terdapat beberapa tokoh yang dalam Critical Theory, seperti Andrew Linklater, Robert Cox, Ashley, dan juga Habermas. Dalam paper ini menggunakan cara pikir yang digunakan oleh Habermas dalam Critical Theory. Kunci dari rekonstruksi materialisme historis Habermas adalah perubahan dari paradigma produksi dan kesadaran ke paradigma bahasa atau, sebagaimana disebut oleh Habermas kemudian, sebuah teori tindakan komunikatif (a theory of communicative action). Yang mendasari perubahan perubahan ini, diantara hal lain, adalah sebuah usaha umum untuk menarik perkembangan rasionalitas komunikatif atau bentuk-bentuk  pemikiran moral-praktis dalam kehidupan sosial.[4]
            Habermas tidak memerlukan pembedaan ciptaan Marx antara kekuatan dan hubungan produksi dan beralih ke pembedaan antara rasionalitas instrumental-kognitif dan rasionalitas komunikatif. Dasar pembedaan yang dilakukan oleh habermas terletak pada bagaimana ilmu pengetahuan diartikan sebagai tindakan, yang mengarah kembali, dalam banyak hal, ke pembedaan awal Habermas antara kepentingan teknis dan praktis.[5]
            Habermas membedakan tiga jenis tindakan dan rasionalitas yang sesuai, yaitu yang pertam adalah instrumental yang beraati apakah partisipasinya berupa sikap instrumental kognitif. Yang kedua adalah strategis, yaitu apakah partisipasinya berorientasi-keberhasilan. Yang ketiga adalah komunikatif atau moral-praktis yaitu adalah sikap komunikatif yang berkaitan dengan pemahaman bersama.

5.            Analisis
            Buruh dan kapitalis adalah dua bersaudara yang tidak pernah akur. Setelah ribuan tahun perjalan sejarah manusia, relasi keduanya antara buruh dan pemilik modal (kaum kapitalis) selalu ditandai dengan pergumulan keduanya yang tidak juga berkesudahan.[6]
            Era globalisasi adalah era hyper competitive economic. Modal dapat keluar-masuk lintas negara tanpa ada yang mencegahnya. Aktor-aktor dapat dengan mudah melakukan kegiatan lintas negara. Tidak hanya aktor negara, tapi juga aktor non-negara. Seperti yang saat ini banyak dilakukan adalah semakin banyaknya Multi National Coorporation (MNC) dalam melakukan perdangangan lintas negara. Banyak pula aktor-aktor individu yang berperan penting dalam investasi internasional, misalnya George Soros dan Bill Gates. Globalisasi menjadi cepat menyebar karena adanya interdependensi dan interkoneksi.
            Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa dalam era globalisasi, kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi berkembang sangat pesat. Hal ini yang mendasari kemudahan terjadinya hubungan antara negara-negara, mendekatkan jarak, dan membuka peluang-peluang untuk terjadinya interaksi komersial seperti perdagangan antar negara, intaraksi politik, dan juga sosial.
            Keadaan dunia yang mengglobal dengan banyak menganut sistem ekonomi kapitalis, menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial antara negara kaya, negara berkembang, dengan negara miskin. Dalam negara miskin, masih banyak terjadi kelaparan. Menurut Direktur Jenderal FAO, Jacques Diouf, ”Lebih dari 800 juta orang dewasa ini tidak mempunyai sarana yang memadai untuk mendapat pangan; di antaranya terdapat 200 juta anak”. Diperkirakan bahwa menjelang tahun 2025, penduduk dunia yang sekarang berjumlah 5,8 miliar akan meningkat mencapai 8,3 miliar, dan sebagian besar peningkatan ini terjadi di negara-negara berkembang. Diouf menyatakan keprihatinannya, ”Terdapat jumlah yang luar biasa besar dari pria, wanita, dan anak-anak yang tidak memiliki hak mutlak untuk hidup dan bermartabat. Tangisan orang-orang yang lapar disertai oleh penderitaan yang senyap akibat degradasi tanah, penggundulan hutan, dan semakin menyusutnya tempat-tempat penangkapan ikan.”[7]
            Diouf mengatakan bahwa pemecahannya terletak pada ”tindakan yang berani”, menyediakan ”jaminan pangan” bagi negeri-negeri yang kekurangan pangan serta menyediakan keterampilan, investasi, dan teknologi yang akan memungkinkan mereka berswasembada pangan. Hal itulah yang melatar belakangi FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) dalam menggagas adanya Millenium development Goal yang disingkat MDGs. FAO ingin menetapkan tujuan dari MDGs adalah untuk mengurangi jumlah penderita kekurangan gizi dunia hingga setengahnya, yakni 400 juta orang yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015.
            Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, mengenai isu terkait kapitalisme dan MDGs. Pada forum PBB yang membahas tentang kelanjutan tujuan dari MDGs, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, justru menggunakan forum tersebut untuk mengkritik kapitalisme dan tatanan pemerintahan global yang selama ini tidak demokratis dan tidak adil. “Kini tatanan kapitalisme dan pendekatan hegemoni yang diskriminatif berada di ambang kekalahan,” kata Ahmadinejad. Maka, dia mengusulkan agar PBB menyebut sepuluh tahun ke depan sebagai dekade bagi pemerintahan global bersama.[8]
Sistem ekonomi kapitalis yang hanya menguntungkan negara maju meruapakan bentuk hegemoni negara maju terhadap negara berkembang. Dikaji melalui level analisis sistem internasional, berdasar pemikiran Robert Cox, konsep Hegemoni Gramscian, Hegemoni disini digambarkan sebagai suatu kesesuaian antara unsur kekuasaan, ideology dan kelembagaan yang membingkai pemikiran dan juga membatasi gerakan. Hegemoni lebih dari sekedar tatanan antara negara-negara karena juga meliputi tatanan di dalam sebuah ekonomi global, hal ini tidak hanya untuk menjelaskan tata aturan konflik antar negara tetapi juga pada masyarakat sipil global.[9]
            Menurut pendapat penulis, Ahmadinejad menggunakan forum tersebut untuk mengkritik kapitalisme karena forum tersebut dianggap tepat. Forum yang dihadiri oleh sekitar 140 pemimpin negara-negara yang turut andil dalam program MDGs tersebut, dianggap cocok untuk mengungkapkan mengenai masalah kaitalisme. Karena dalam forum tersebut tidak hanya membahas mengenai target yag harus dicapai MDGs pada tahun 2015, tapi juga membahas tentang bagaimana cara mewujudkannya.
            Mengingat latar belakang diadakannya program MDGs adalah karena adanya negara-negara miskin di dunia yang didalamnya terdapat masalah-masalah kelaparan yang berkepanjangan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menuding kapitalisme global sebagai penyebab dari berbagai persoalan dunia ketiga.[10] Dia memprediksikan jatuhnya kapitalisme, sekaligus menuding para pelaku utama bisnis tingkat global bertanggungjawab bagi penderitaan banyak orang di muka bumi.
            Membaca pernyataan di atas, memberikan wacana pula pada orang-orang, khususnya yang berada di negara berkembang, bahwa memang dominasi sistem ekonomi kapitalis yang menyebabkan persoalan-persoalan global saat ini. Tindakan Eksploitasi yang dilakukan oleh kapitalis tidak dapat dibendung oleh kekuatan atau peran negara sendiri. Kekuatan kapitalisme global telah menggiring negara pada tindakan yang ekslopitatif demi tujuan ekonomi. Kaum kapitalis menganggap tingkat ekonomi sebagai acuan dalam memperoleh tingkat kehidupan yang layak. Ekonomi dijadikan standar suatu kehidupan. Semakin baik tingkat ekonominya, semakin baik pula kehidupannya.
            Dalam sistem ekonomi kapitalis, negara majulah yang domianan dalam mengatur tata kelola ekonomi dunia. Sangat dominannya negara maju tersebut, menyebabkan ketergantungan negara berkembang kepada negara maju. Program MDGs yang digalakkan itu justru akan semakin menyebabkan ketergantungan yang baru. Ketergantungan ini disebut ketergantungan industri-teknologi, yang pola hubungannya bersifat tidak langsung yang artinya hubungannya dihubungkan melalui instrumen.
            Apa yang dikatakan oleh Ahmadinejad memang tidak dapat dipungkiri. Isu tersebut jika dianalisis dengan Critical Theory, menurut Habermas dalam Critical Theory, komunikatif atau moral-praktis yaitu adalah sikap komunikatif yang berkaitan dengan pemahaman bersama. Kritikannya terhadap kapitalis memang berkitan dengan diberlakukannya program MDGs. Rekosntrsuksi materialisme Habermas dalam hal ini adalah melalui paradigma bahasa.
            Untuk menimpali pidato Ahmadinejad, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengungkapkan “Pembangunan berkelanjutan, seperti juga kemajuan ekonomi dan sosial tidak mungkin tanpa pemerintahan yang baik dan menghormati hak asasi manusia.”[11] Kemudian dia melanjutkan, “Maka negara-negara harus mendorong pembangunan ekonomi pasar, karena tanpa disertai pertumbuhan ekonomi yang mandiri, negara-negara berkembang akan sulit melangkah dari kemiskinan dan kelaparan."[12]
            Meskipun hal ini belum meberikan dampak besar terhadap tatanan ekonomi internasional, tapi ungkapan yang dilontarkan Ahmadinejad dapat mempengaruhi pemikiran orang lain. Dalam media lain yang juga mengangkat isu yang sama menyebutkan, Robert Mugabe, presiden Zimbabwe, mengatakan beberapa negara telah “sengaja mencoba menghancurkan” kemajuan negaranya dalam mencapai MDGs melalui penerapan sanksi ekonomi.[13] Inilah salah satu bukti bahwa Tindakan rasionalitas komunikatif atau moral praktis seperti yang dijelaskan Habermas, yang dilakukan oleh Ahmadinejad dapat mempengaruhi pemikiran seseorang.
            Dilihat melalui level analisis individu dalam Critical Theory, Ahmadinejad menggunakan bahasa untuk merekonstruksi perubahan, yaitu dominasinya sistem kapitalis saat ini. Kesimpulannya, Ahmadinejad ingin menyatakan bahwa selama sistem ekonomi kapitalis masih mendominasi, maka tatanan dunia akan tetap seperti ini meskipun upaya besar seperti MDGs digalakkan.


DAFTAR PUSTAKA

Baylis, John dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. 2009. Teri-Teori Hubungan Internasional. Bandung:Nusamedia
Korten, David C. 2002. The Post-Corporate World: Kehidupan Setelah Kapitalisme; terjemahan dan kata pengantar A. Rahman Zainudin ; edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)
http://www.jatam.org/content/view/1226/1/ (di unduh pada 22 Oktober 2010, 21:13 WIB)
http://www.un.org/millenniumgoals/ (di unduh pada 23 Oktober 2010, 12:20 WIB






[1] http://www.vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[2] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[3] R. Jackson dan Georg Sorensen. ”Introduction to International Relations”. oxford University Press. New York. 1999.hal 299

[4] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 218
[5] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 218
[6] David C. Korten. The Post-Corporate World. 2002.Hlm.1
[8] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

[9] Burchill, Scott dan Andrew Linklater.“Teri-Teori Hubungan Internasional”. Bandung:Nusamedia. 2009.Hlm 216
[12] http://vivanews.com/ Daftar negara paling miskin di dunia. Rabu, 22 September 2010. (diunduh pada 22Oktober 2010, 21:10 WIB)

1 komentar: